PENYEBAB DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM SECARA GLOBAL

Sebagai organisasi kesehatan sedunia, WHO melihat begitu besarnya dampak perubahan iklim pada kesehatan manusia. Untuk itulah mengapa WHO berinisiatif mengangkat tema itu dalam rangka memperingati HKS ke-60 pada tahun 2008 lalui.

Perwakilan WHO untuk Indonesia, Mr. Sharad Adhikary menjelaskan mengapa sangat penting adanya kepedulian akan isu tersebut dikarenakan dampaknya sudah sangat mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup manusia di bumi ini.

Pada dasarnya bumi selalu mengalami perubahan iklim dari waktu ke waktu. Hanya saja di masa lampau perubahan tersebut berlangsung secara alami sedangkan saat ini perubahan iklim lebih disebabkan oleh ulah manusia sehingga sifatnya lebih cepat dan drastis.

LALU APA YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN IKLIM?
Pada tahun 2007 Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) dan Al Gore memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian. Penghargaan itu didapatkan atas upaya mereka untuk mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan tentang perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia sekaligus tentang upaya mendasar untuk menindaklanjuti perubahan yang tidak alami tersebut.

Hasil kajian IPCC memastikan bahwa perubahan iklim global terjadi karena atmosfer bumi dipenuhi oleh gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida dan metana, yang dihasilkan oleh manusia. Gas karbondioksida terjadi akibat proses pembakaran bahan bakar fosil dengan tujuan untuk menghasilkan energi dan juga akibat kebakaran hutan. Sementara gas metana terjadi akibat aktivitas pembuangan sampah.

GRK memiliki kemampuan untuk menangkap sinar infra merah dari sinar matahari yang direfleksikan oleh bumi. Karena itu semakin besar jumlah GRK di dalam atmosfer bumi maka bumi pun akan semakin panas. Kadar gas karbon dioksida dalam atmosfer mencapai 385 ppm pada tahun 2006, sebuah peningkatan yang luar biasa jika dibandingkan dengan data perubahan iklim selama kurun waktu 650.000 tahun terakhir, ujar Mr. Sharad.

Selama 13 tahun terakhir, dua belas tahun diantaranya tercatat sebagai tahun-tahun terpanas. Dengan akumulasi GRK yang terus berlangsung seperti saat ini, pada dua sampai tiga dekade mendatang peningkatan pemanasan global akan melampaui perhitungan yangtelah ada selama ini. IPCC memperkirakan bahwa pada tahun 2050 temperatur global akan naik 2-3 derajat celcius.

Peningkatan temperatur itu akan berdampak pada :
- Meluasnya pencairan es di kutub utara
- Meningkatnya suhu air laut, yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut
- Musim kering akan semakin kering dan musim penghujan akan lebih basah
- Meningkatnya curah hujan dan kondisi banjir

Semuanya itu akan mempengaruhi kesehatan manusia baik dari sisi semakin meningkatnya pertumbuhan hewan pembawa penyakit seperti nyamuk, juga ancaman terhadap ketersediaan air bersih, krisis pangan, dan kebersihan lingkungan. Akhirnya dampak keseluruhan adalah mengancam jiwa manusia, tandas Mr. Sharad.

Untuk itu amat penting untuk benar-benar memahami perubahan iklim tersebut. Mr, Sharad menegaskan bahwa diperlukan kesiapan semua negara dalam menghadapinya, untuk bisa beradaptasi, dan menerima bahwa akan dapat terjadi pengaruh yang lebih buruk, yang tidak diperkirakan sebelumnya

Sejarah Hari Lingkungan Hidup Sedunia


Sejarah Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang pertama kali dicetuskan pada tahun 1972 sebenarnya merupakan rangkaian kegiatan lingkungan dari dua tahun sebelumnya ketika seorang senator Amerika Serikat Gaylord Nelson menyaksikan betapa kotor dan cemarnya bumi oleh ulah manusia, maka ia mengambil prakarsa bersama dengan LSM untuk mencurahkan satu hari bagi usaha penyelamatan bumi dari kerusakan.

Pada tanggal 22 April 1970 Gaylord Nelson memproklamasikan Hari Bumi (Earth Day), sehingga tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Bumi (Earth Day). Hari Lingkungan didasarkan dari Konferensi PBB mengenai Lingkungan hidup yang diselenggarakan pada tanggal 5 Juni 1972 di Stockholm, sehingga tanggal konferensi tersebut ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Indonesia juga ikut terlibat dalam konferensi tersebut dengan hadirnya Prof. Emil Salim yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Bappenas

Kenapa Hari Lingkungan Hari Lingkungan diadakan? Untuk membangun kesadaran kolektif untuk mempertahankan keseimbangan ekologis sehingga terwujud upaya penyelamatan lingkungan hidup. Saat ini kondisi lingkungan hidup sangat memprihatinkan dan kondisinya pun semakin memburuk sejalan dengan pertumbuhan pembangunan negara-negara di dunia yang kurang berwawasan lingkungan.
Berkaitan dengan kondisi lingkungan di atas, Indonesia akan berperan besar sebagai tuan rumah Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim atau Conference of Parties (COP) United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang telah berlangsung di Bali, 3 - 14 Desember 2007 lalu. Pertemuan yang dihadiri oleh 10.000 peserta dari 189 negara menyepakati berbagai upaya pencegahan pemanasan global yang sangat terkait dengan pelestarian hutan, adaptasi kenaikan permukaan air laut, perubahan iklim serta penggalangan dana internasional untuk kegiatan berkelanjutan. Dengan momentum ini, Indonesia akan berperan aktif dalam diplomasi internasional membela kepentingan lingkungan secara nasional dan global.

Hasil pengamatan para ahli menunjukkan bahwa pada satu abad terakhir ini telah terjadi peningkatan suhu global sebagai akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Peningkatan ini menyebabkan terjadinya Efek Rumah Kaca sehingga suhu udara di permukaan bumi meningkat, yang dikenal dengan Pemanasan Global serta terjadinya perubahan pola iklim.
Tema yang dipilih oleh Badan Lingkungan Hidup Dunia atau United Nations Environment Programme (UNEP) tahun 2009 adalah Your Planet Needs You - Unite to Combat Climate Change.
Copyright © Sang Alam