Mengapa Begitu Banyak Bencana Alam Terjadi di Indonesia?

Beberapa tahun belakangan, Indonesia memang sedang diguncang berbagai bencana alam hampir di seantero negeri, mulai dari tsunami, banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus, dan masih banyak lagi. Beragam teori diajukan untuk dijadikan penyebab lahirnya bencana tersebut, mulai dari penggundulan hutan, penyalahgunaan lahan, sampai global warming.

Charles Cohen dan Eric Werker dari Harvard Business School menulis sebuah paper menarik berjudul The Political Economy of “Natural” Disasters. Mereka berpendapat bahwa bencana alam cenderung terjadi lebih sering dan beragam pada negara miskin yang dikelola dengan sistem politik yang buruk. Sejauh mana intervensi politik yang terjadi ternyata juga memengaruhi intensitas bencana alam tersebut.

Pemerintah, menurut Cohen dan Werker, dapat melakukan distribusi kekuatan politik melalui pembelanjaan untuk menangani bencana alam. Pemerintah yang tak punya pendanaan bagus akan terkena racket effect, yaitu secara sengaja memanipulasi populasi korban untuk menarik (dan juga mencuri) bantuan dari luar. Yang menarik, lembaga donor internasional juga sudah “biasa” memberi toleransi atas susutnya bantuan tersebut. Hal ini memicu desperation effect, di mana pemerintahan yang korup punya kemampuan lebih untuk menggandakan “penyusutan” tersebut.

Secara umum, pemerintah dapat menangani atau mencegah bencana alam dengan menggunakan sumber anggaran yang dialokasikan khusus maupun dari sumber pendapatan yang sedianya dialokasikan untuk keperluan lain—-plus sumber-sumber eksternal. Cohen dan Werker ternyata menemukan adanya bias dalam pembelanjaan dana yang bersumber dari anggaran sendiri dibandingkan dari anggaran lain. Semakin banyak pemerintah menggunakan dana dari anggaran sendiri dan tidak mengambil dana dari sumber lain, bencana alam yang terjadi lebih sedikit.

Cohen dan Werker mencontohkan Libya di bawah Muammar Al Qadhafi sejak tahun 1969 hanya mengalami satu bencana alam yang membawa kerugian $42 juta namun tidak menewaskan satu korban pun. Sementara itu Aljazair mengalami 58 bencana alam yang menewaskan hampir 7 ribu jiwa dengan kerugian $10,6 milyar. Mereka juga mencontohkan rezim Apartheid di Afrika Selatan yang menelan korban 1,2 juta jiwa antara tahun 1962 hingga 1989. Namun setelah rezim tumbang, antara tahun 1990 hingga 2002 korban yang timbul “hanya” 95 ribu jiwa. Artinya, penghapusan kasta dan sistem politik yang lebih baik ternyata mengurangi kematian hingga 90%.

Sejak tahun 1900, bencana alam telah menewaskan lebih dari 62 juta orang. Sekitar 85% di antaranya terjadi antara tahun 1900 dan 1950—-dipicu juga oleh peperangan, wabah penyakit, maupun kelaparan. Namun sejak tahun 1990 terjadi peningkatan dimana lebih dari 1 juta orang meninggal dalam bencana alam. Pada tahun 2005, Palang Merah Internasional mencatat negara-negara yang mengalami banyak bencana alam antara lain Kosta Rika, El Savador, Guatemala, India, Meksiko, Nikaragua, Pakistan, Paraguay, Republik Afrika Tengah, Romania, Sudan, dan tentu saja, Indonesia.

Tapi ternyata, fenomena ini sudah tertulis sejak lama dalam Al Qur’an. Secara lebih luas dan gamblang dituliskan dalam QS An-Nisaa 79 bahwa, “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Artinya, hal-hal yang tidak “enak” yang kita rasakan—-termasuk di antaranya bencana alam—-tak lain adalah disebabkan oleh diri kita sendiri. Kalau di Indonesia terjadi begitu banyak bencana, kemungkinan memang disebabkan oleh orang Indonesia itu sendiri.

Kalau boleh berpendapat, barangkali bencana ini “lumrah.” Situasi politik dan sosial di Indonesia memang sedang carut marut. Tiap hari kita menyaksikan pemilihan kepala daerah yang saling rebutan kekuasaan. Tiap hari selalu ada berita pencurian, perampokan, sampai korupsi kelas kakap. Kita juga lazim menyimak seorang ayah yang tega memerkosa putrinya sendiri. Sementara itu di jalanan, orang saling serodok seenak perutnya. Tawuran massal dan demo yang menjurus pada aksi anarkis juga sering kita jumpai. Orang saling hujat dan menjelek-jelekkan satu sama lain sudah jadi hal yang biasa.

7 Fenomena Alam Paling Keren di Dunia

Petir Abadi di Venezuela

Petir Catatumbo yang misterius adalah sebuah fenomena alam yang unik di dunia. Terletak di muara sungai Catatumbo di Danau Maracaibo. Fenomena ini berupa awan petir yang membentuk sebuah "garis" kilat sepanjang 5 kilometer, setiap 140 - 160 malam dalam setahun, selama 10 jam tiap malam, dan lebih dari 280 kali dalam 1 jam itu. Ini hampir bisa disebut 'badai permanen'. Petir ini mempunyai intensitas 400.000 ampere dan terlihat hingga 400 km jauhnya. Menurut penelitian, petir ini terjadi karena tumbukan angin yang berasal dari Pegunungan Andes. Petir ini juga dijadikan sebagai navigasi oleh para pelaut.

Hujan Ikan di Honduras

The Rain of Fishes (Hujan ikan) ada diceritakan dalam Cerita Rakyat Honduras. Namun, juga terjadi secara nyata di Departamento de Yoro, antara bulan Mei dan Juli. Saksi mengatakan bahwa fenomena ini dimulai dengan awan gelap di langit, diikuti dengan kilat, guntur, angin kencang dan hujan lebat selama 2 - 3 jam. Setelah hujan berhenti, ratusan ikan ditemukan hidup di tanah. Orang mengambil ikan - ikan ini dan memasaknya. Sejak 1998, Festival Hujan Ikan dirayakan setiap tahun di kota Yoro.

Kambing yang Memanjat di Maroko

Kambing yang memanjat pohon, hanya dapat ditemukan di Maroko. Kambing ini memanjat pohon karena ingin memakan buah dari Pohon Argan, yang mirip dengan Buah Zaitun. (sori ga ada keterangan lebih lanjut)

Hujan Merah di Kerala

Dari 25 Juli sampai 23 September 2001, hujan merah turun di selatan India, Propinsi Kerala. Tidak hanya merah, hujan warna kuning, hijau dan hitam juga dilaporkan terjadi. Pemerintah India menemukan bahwa hujan ini telah "diwarnai" oleh spora dari alga, yang tersebar di udara. Kemudian, awal tahun 2006, Kerala pun menjadi perhatian dunia.

Ombak Terpanjang di Brazil

Dua kali dalam setahun, antara Februari dan Maret, air Samudera Atlantik bertumpuk di Sungai Amazon, menciptakan gelombang ombak terpanjang di dunia. Fenomena ini disebabkan oleh arus Samudera Atantik yang memenuhi muara sungai, sehingga menghasilkan ombak setinggi 12 kaki yang dapat berlangsung hingga lebih dari setengah jam.

Matahari Hitam di Denmark

Selama musim semi di Denmark, sekitar satu setengah jam sebelum senja, lebih dari 1 juta Sturnus Vulgaris (sejenis burung) berkumpul dari seluruh pelosok untuk bergabung dan membentuk suatu kumpulan yang luar biasa besar di udara. Hinnga membuat langit menjadi terasa gelap. Fenomena ini disebut Black Sun, dan dapat disaksikan di awal musim semi di barat Denmark.

Pelangi Api di Idaho

Femonena atmosfer yang dikenal dengan circumhorizon arc atau Fire Rainbow (pelangi api), akan muncul ketika matahari berada tinggi (lebih dari 58 derajat diatas horizon). Cahaya matahari menembus lurus dan menyinari awan cirrus, sehingga menghasilkan semacam lempengan kristal segi enam dan membentuk efek prisma. Sehingga terlihat pelangi yang berbentuk seperti api.

DIMANA SEBENARNYA GUNUNG TERTINGGI DI DUNIA?

everestGUNUNG apa yang tertinggi di dunia? Mount Everest di Pegunungan Himalaya , Tibet? Berapa ketinggiannya? 8.850 mdpl, (nah apa maksud mdpl?, silakan baca disini). Tapi ada juga yang bilang gunung di Hawaii lah yang tertinggi, atau bahkan sebuah kelompok pegunungan di Equador, Amerika Latin sebagai gunung tertinggi. Yang benar yang mana nih?
Tertinggi disini ternyata memiliki berbagai versi, tergantung dari “titik” mana pengukuran dimulai? Apakah dari permukaan laut? , dari ”kaki” gunung yang mungkin berada di bawah lautan? Atau dari ”pusat bumi”?
6a00d83420a76e53ef00e54f8870b48834-800wiJika diukur dari permukaan laut, Mount Everest yang memiliki ketinggian 8.850 m tentu unggul dibandingkan dengan gunung-gunung lain, seperti Gunung Mauna Loa di Hawaii ( 4.169 m) dan juga Gunung Chimborazo di Equador (6.268 m). Eh iya, khusus Mount Everest, gunung ini masih ”tumbuh” terus menerus, paling banyak 1 cm tiap tahunnya, hal ini karena ”desakan” lempeng bumi India kepada lempeng Asia.
Sementara jika ”ketinggian” diukur dari dasar ”kaki” gunung, maka Gunung Mauna Loa lah yang menang.
earth_rotationAkibat dari perputaran bumi, bentuk bumi kita tidaklah bulat seperti bola, namun ”agak menonjol keluar” di bagian khatulistiwa (disebut juga ellipsoid), seolah pada bagian itulah semua partikel bumi “terlempar” keluar. Jika kamu ukur garis tengah “lingkaran” yang menghubungkan kutub utara dan selatan, lalu dibandingan dengan garis tengah “sabuk” khatulistiwa, maka garis tengah alias diameter pada “lintang” khatulistiwa lebih besar 21 km dibandingkan diameter lingkaran “bujur” tersebut.
eruption_equator1dDan itu berarti jika kamu tarik garis dari “pusat” bola bumi kamu ke “permukaan” bumi di garis khatulistiwa, tentu akan lebih panjang dibandingkan garis yang kamu tarik sama-sama dari “pusat” bola  bumi ke arah permukaan bumi lainnya (misalnya di kutub utara). Dan itu berarti pula, bahwa kamu yang berada di “permukaan” disekitar garis khatulistiwa, tentu lebih ”menjulang” daripada tempat lain di muka bumi.
ChimborazoKembali ke persoalan gunung tertinggi dunia, Mount Everest berada di “belahan” utara bumi (yaitu pada 270 59’ Lintang Utara) sementara gunung Chimborazo, berada sedikit di sebelah selatan sekitar “tonjolan” di khatulistiwa ( yaitu pada 010 28’ Lintang Selatan). Apa garis lintang itu, baca disini.

Nah dengan situasi demikian, tentu gunung Chimborazo lebih “menjulang” jika dihitung dari pusat bumi dibandingkan dengan Mount Everest. Puncak Gunung Chimborazo terletak lebih “tinggi” 2.150 m dari puncak Mount Everest, yang menyebabkan kamu yang berada di puncak Chimborazo lebih dekat untuk “menggapai bulan”.

Dua belas gunung tertinggi di dunia


Everest 8.848 m
Gunung yang tertinggi didunia dengan ketinggian 8.848m dari permukaan laut, di Nepal dikenal dengan nama Sagarmatha dan sedangkan di Tibet dikenal dengan sebutan Chomolungma. Gunung ini terbentang di pegunungan Himalaya Nepal dan Tibet (27º 59’ LU dan 86º 55’ BT). Pertama kali didaki oleh sebuah ekpedisi dari Inggris yang di pimpin oleh Edmud Hillary dan Tenzin Norgay pada tanggal 29 May 1953. Gunung ini mempunyai dua jalur utama pendakian yaitu sisi selatan dari Nepal dan sisi Utara dari Tibet, masih ada 13 jalur lainnya yang semuanya menuntun pendaki menuju puncak.

K2 (Godwin Austen) 8.611 m
Gunung kedua tertinggi di dunia berdiri dengan ketinggian 8.611m dari permukaan laut, gunung ini juga dikenal dengan nama Chogori, yang terbentang di pegunungan Karakoram di Pakistan hingga Cina (35º 53’ LU dan 76º 31’ BT). Pertama kali didaki puncaknya oleh tim ekspedisi dari Italy yang di pimpin oleh A. Campagnoni dan L. Lacedelli pada tanggal 31 July 1954, gunung ini merupakan yang tersulit dan juga mungkin yang terindah diantara puncak yang berketinggian 8000-an.

Kanchenjungha 8.586 m
Ini adalah gunung ketiga tertinggi di dunia, mempunyai ketinggian 8.586 m dari permukan laut. Dikenal juga dengan nama Kanchenfenga, berada di pegunungan Himalaya di segitiga Nepal – Sikkim – Tibet. (27º 42’ LU dan 88º 09’ BT). Pertama kali didaki puncaknya oleh ekpedisi Inggris yang di pimpin oleh G. Band dan J. Brown pada tanggal 25 May 1955. Gunung ini menawarkan 4 rute pendakian yang berbeda dan semuanya menuntun pendaki ke puncak utama.

Lhotse 8.516 m
Gunung ini berada di urutan ke empat sebagai gunung tertinggi didunia, dengan ketinggian 8.516 m dari permukaan laut, terbentang di Mahalangur Himal yang merupakan bagian dari pegunungan Himalaya di Nepal dan Tibet (27º 58’ LU dan 86º 56’ BT). Pertama kali didaki puncaknya oleh tim ekspedisi Swiss yang di pimpin oleh Luchsinger dan E. Reiss pada tanggal 18 may 1956, dan gunung ini disebut juga sebagai satelitnya gunung Everest karena letaknya yang berdempetan.

Makalu 8.463 m
Gunung kelima tertinggi didunia dengan ketinggian 8.463 m dari permukaan laut, dan juga berada di Mahalangur Himal di pegunungan Himalaya sektor Nepal dan Tibet (27º 53’ LU dan 87º 05’ BT) . Tim ekspedisi yang pertama kali mencapai puncak ini adalah tim dari Perancis yang di pimpin oleh J. Couzy dan L. Terray, gunung ini menawarkan lima rute pendakian yang berbeda yang equal dengan jumlah yang sama dari variasi dan kemungkinannya. Semua rute itu menuntun pendaki sampai di puncaknya. Makalu yang menurut literature berarti Si Hitam Besar.

Cho Oyu 8.201 m
Dengan ketinggian 8.201 m dari permukaan laut menempatkan Cho Oyu sebagai gunung ke enam tertinggi didunia. Gunung ini juga berada di  Mahalangur Himal di pegunungan Himalaya (28º 06’ LU dan 86º 40’ BT). Didaki pertama kali pada tanggal 19 October 1954 oleh sebuah ekpedisi dari Austria yang dipimpin oleh H. Tichy, S. Jochler dan dipandu oleh Sherpa Pasang Dawa Lama. Gunung ini mempunyai empat buah rute pendakian yang berbeda dengan beberapa variasi kemungkinan yang berbedam gunung ini sering dikatagorikan sebagai guunung yang lebih mudah didaki jika dibandingkan dengan gunung diatas ketinggian 8000 m lainnya.

Dhaulagiri 8.167 m
Gunung ketujuh tertinggi didunia ini mempunyai ketinggian 8.167 m dari permukaan laut membentang di pegunungan Himalaya sektor Nepal dan Tibet (28º 42’ LU dan 83º 30’ BT) Pertama kali didaki oleh ekpedisi dari Swiss yang dipimpin oleh K. Diemberger, A. Schelbert dan dipandu oleh sherpa Nawang Dorje pada tanggal 13 May 1960. Ada banyak sekali rute pendakian yang ditawarkan gunung ini yang equal dengan jumlah variasi dan kemungkinannya, semua rute itu menuntun pendaki hingga ke puncak "Gunung Putih" begitu menurut literatur arti dari Dhaulagiti.

Manaslu 8.163 m
Gunung ini adalah gunung ke delapan tertinggi didunia dengan ketinggian 8.163 m dari permukaan laut yang berada di pegunungan Himalaya Nepal (28º 06’ LU dan 86º 40’ BT) didaki pertama kali pada tanggal 09 may 1956 oleh sebuah ekepedisi Jepang yang di pimpin oleh T. Imanishi dan Gyalsen Norbu. "Gunung Suci" demikian menurut literature arti dari Manaslu ini yang menawarkan enam rute pendakian yang berbeda menuju puncak, dengan jumlah yang sama equalnya dengan variasi kemungkinannya.

Nanga Parbat 8.125 m
Gunung kesembilan tertinggi didunia ini berada di wilayah Punjab Himalaya Pakistan, dengan ketinggian 8.125 m dari permukaan laut dan pada posisi 35º 14’ LU dan 74º 35’ BT. Pertama kali didaki oleh gabungan ekpedisi Jerman dan Austria yang dipimpin oleh H. Buhl pada tanggal 3 July 1953. Gunung ini menawarkan delapan rute pendakian yang berbeda dengan beberapa variasi dan kemungkinan baru. Nanga Parbat menurut literatur berarti “Naked Mountain”.

Annapurna I 8.091 m
Gunung kesepuluh tertinggi didunia Annapurna I. Gunung berada di pegunungan Himalaya Nepal dengan ketinggian 8.091 m dari permukaan laut pada posisi 28º 36’ LU dan 83º 49’ BT, juga diantara dua Sungai Himalaya yaitu sungai Kali Gandaki dan sungai Marsyangdi. Gunung ini pertama kali didaki oleh ekpedisi perancis yang dipimpin oleh M. Herzog dan L. Lachenal. Gunung ini merupakan gunung favorit bagi para pendaki gunung yang menyukai medan berat. Seluruh rute pendakian di Annapurna sangat curam dan susah, tapi itu tidak pernah menyurutkan hasrat pendaki untuk menjamah puncaknya.

Broad Peak 8.047 mGunung ini juga dikenal dengan nama Falchen Kangri dengan ketinggian 8.047 m dari permukaan laut menempatkannya sebagai gunung kesebelas tertinggi didunia. Gunung ini berada di wilayah pegunungan Karakoram Pakistan serta Cina pada posisi 35º 48’ LU dan 76º 34’ BT. Pertama kali didaki oleh tim ekspedisi Austria yaitu M. Schmuck, F. Wintersteller, K. Diemberger dan H. Buhl pada tanggal 9 Juni 1957. Gunung ini menawarkan kesempatan untuk mengexplore rute pendakian baru pada para pendaki yang menyukai tantangan karena gunung ini belum sepenuhnya telah di explorasi.
Shishapangma 8.012 mGunung ini adalah nomer dua belas tertinggi didunia dengan ketinggian 8.012 m dari permukaan laut. Gunung ini juga dikenal dengan nama Xixabangma di Tibet dan di Nepal dikenal dengan sebutan Goshainthan. Terbentang di pegunungan Himalaya Tibet pada posisi 27º 42’ LU dan 85º 49’ BT. Pertama kali didaki oleh sebuah tim ekspedisi Cina yang dipimpin oleh Hsu Ching pada tanggal 2 may 1964, gunung ini baru hanya bisa diakses oleh orang luar pada tahun 1980, dan megingat gunung ini termasuk yang termudah didaki untuk gunung diatas delapan ribuan, membuatnya terus menarik minat pendaki untuk mendakinya.

Everest Bukan Gunung Tertinggi di Dunia?

Hampir semua orang tahu bahwa gunung Everest merupakan gunung tertinggi di planet Bumi. Pendaki dari seluruh penjuru dunia berlomba-lomba mendaki Everest untuk meraih gelar ‘Penakluk puncak tertinggi di dunia’ yang sangat prestisius.

Seperti diketahui, puncak gunung Everest berada di ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut. Tingginya daratan di pucuk itu membuat gunung Everest mendapat predikat sebagai gunung dengan ketinggian nomor satu.

Meski demikian, tahukah Anda sebenarnya gunung Everest bukanlah gunung yang paling tinggi di Bumi?

Mauna Kea, gunung yang berada di kepulauan Hawaii, Amerika Serikat memiliki ketinggian 4.205 meter di atas permukaan laut. Puncak gunung ini jauh lebih rendah dari gunung Everest.

Akan tetapi, Mauna Kea sebenarnya merupakan gunung yang kakinya dimulai dari dasar laut. Dan jika diukur dari kaki gunung, secara total, tinggi Mauna Kea lebih dari 10 ribu meter. Bandingkan dengan gunung Everest yang hanya 8.848 meter dari kaki ke puncaknya.

Gunung Mauna Kea memiliki volume sebesar 3.200 kilometer kubik. Ukurannya yang sangat besar ini membuat gunung di sebelahnya, yakni Mauna Loa menekan dasar laut di bawahnya hingga 6 kilometer.

Mauna Kea juga terus turun dan semakin rata karena beban yang ia tanggung. Adapun rata-rata penurunan ketinggian gunung ini mencapai 0,2 milimeter per tahun. Adapun sebagian besar massa gunung tersebut berada di puncaknya.

Saat ini, puncak tertinggi Mauna Kea yang 4.205 meter di atas permukaan laut hanya berselisih sekitar 35 meter dibanding puncak gunung sebelah, Mauna Loa yang tingginya 4.169 meter dari atas permukaan laut.

Pohon Tidak Sekedar Melestarikan Lingkungan

Penulis : Ir. Fadmin Prihatin Malau
Banyak yang tidak mengetahui Hari Pohon se-Dunia, 21 November. Gaungnya tidak begitu besar sehingga banyak masyarakat yang tidak peduli dengan Hari Pohon se-Dunia. Bila bicara pohon selalu identik dengan melestarikan lingkungan, dikaitkan dengan bumi yang semakin panas, pemanasan global dan lainnya.
Memang tujuan dari memperingati Hari Pohon se-Dunia adalah mengajak umat manusia untuk melestarikan lingkungan. Sebab dunia kini semakin renta, rapuh dan bakal hancur akibat semakin banyaknya polusi dari kendaraan bermotor, hutan ditebangi, lapisan ozon menipis karena efek rumah kaca. Semua itu membahayakan kehidupan manusia di dunia ini.
Memperingati Hari Pohon se-Dunia mengajak untuk berbuat satu langkah konkrit yang bisa dilakukan oleh semua orang yakni menanam pohon. Ada permintaan bila tidak bisa (mau) menanam pohon, ya merawat pohon yang ada. Bila tidak bisa (mau) merawat pohon yang ada. Jangan merusak pohon yang ada.
Begitulah makna Hari Pohon se-Dunia yang diperingati umat manusia. Tujuannya bumi ini tetap lestari. Manusia takut bila bumi ini hancur, kemana lagi mau pergi. Kini muncul rumor yang mengatakan dunia akan kiamat 2012 dengan alasan berbagai bencana alam terus terjadi di muka bumi ini.
Bermakna Universal
Pohon memiliki makna universal dan pada setiap suku bangsa memiliki arti tersendiri meskipun secara universal kehadiran pohon sebagai pelestari lingkungan. Indonesia berada di daerah tropis maka berbagai jenis pohon-pohonan tumbuh subur, berbagai macam tumbuh-tumbuhan, berbagai jenis binatang-binatang. Flora dan fauna Indonesia sangat kaya dan sumber daya alam berlimpah-limpah. Nyamannya hidup di khatulistiwa.
Kehadiran pohon bagi bangsa Indonesia memiliki arti penting, bukan sekedar untuk melestarikan lingkungan. Hampir di semua daerah di Indonesia, kehadiran pohon memiliki arti tersendiri. Pohon masih dianggap sesuatu yang sakral bahkan banyak masyarakat yang mengkeramatkannya. Artinya pohon keramat yang tidak bisa diganggu begitu saja.
Kepercayaan kepada kekuatan yang dimiliki pohon masih melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berbeda-beda pada setiap suku bangsa. Suku Baduy misalnya pohon sesuatu yang memiliki kekuatan gaib maka tidak boleh menebang pohon. Suku Dayak di Kepulauan Riau pohon adalah bagian dari alam yang menyatu sehingga tidak boleh ditebang sembarangan.
Selesaikan Perkara
Pohon memang memiliki arti bagi setiap suku bangsa di Indonesia, tidak terkecuali bagi suku bangsa Batak Toba. Bagi masyarakat Batak Toba kehadiran pohon bukan sekedar melestarikan lingkungan, memiliki kekuatan mistik tetapi pohon adalah tempat menyelesaikan perkara.
Jenis pohon itu adalah Hariara yang banyak tumbuh di desa-desa Tapanuli. Pohonnya sangat rimbun maka aneka burung-burung hinggap di pohon itu. Pohon Hariara menghasilkan buah yang manis dan menjadi bahan makanan bagi burung-burung yang hinggap di dahan-dahan dan ranting-ranting pohon itu. Bukan saja burung yang memakan buahnya tetapi hewan-hewan yang berada di bawahnya juga memakan buah yang jatuh dari pohon itu.
Boleh jadi karena pohon Hariara rimbun selalu dianggap ada yang menunggunya. Begitu rimbunnya maka di bawahnya banyak orang dapat berlindung, berteduh, termasuk berbagai jenis hewan peliharaan masyarakat.
Biasanya pohon Hariara memiliki multi fungsi, mulai dari melestarikan lingkungan juga digunakan sebagai tempat berkumpul bagi masyarakat desa. Masyarakat desa berkumpul di bawah pohon Hariara itu untuk membahas setiap permasalahan yang muncul di masyarakat.
Menurut kepercayaan masyarakat Batak Toba setiap permasalahan yang timbul di masyarakat bila dibahas di bawah pohon Hariara maka permasalahan itu segera tuntas.
Beranjak dari kepercayaan itu maka semua pengetua adat, tokoh masyarakat, maupun orang-orang yang dituakan di kampung itu akan berkumpul di bawah pohon Hariara. Biasanya orang-orang desa yang berkumpul di bawah pohon Hariara itu akan menghormati setiap keputusan yang diambil dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
Pengambilan keputusan di bawah pohon Hariara ini berlangsung sejak nenek-moyang suku bangsa Batak Toba dan waktu itu dinamakan di bawah pohon Hariara itu sebagai daerah partungkoan. Dahulunya merupakan tempat raja-raja bius, tokoh adat, tokoh masyarakat dan orang yang dituakan di kampung itu untuk berkumpul membahas maupun menyelesaikan perkara yang timbul di masyarakat.
Hebatnya lagi, setiap orang yang melintas di seputaran pohon Hariara itu selalu berlaku sopan, tidak berani bicara kasar, kotor, memaki karena takut akan mendapat bala. Pohon Hariara dikeramatkan sehingga sesuatu keputusan yang diputuskan dibawah pohon Hariara sesuatu yang keramat, sakral maka keputusan itu harus dilaksanakan.
Sampai kini masih banyak masyarakat Batak Toba yang menilai pohon Hariara memiliki makna sakral, dikeramatkan dan tidak heran gedung-gedung pertemuan pada masyarakat masyarakat Batak Toba sekarang ini disebut dengan partungkoan.
Pohon Hariara di Tapanuli dan banyak pohon-pohon lain di daerah lain di Indonesia ini memiliki cerita sendiri dan bukan sekadar untuk melestarikan lingkungan. Memiliki multifungsi dala kehidupan masyarakatnya.
Wajar jika Hari Pohon se-Dunia masyarakat dunia memperingatinya dengan berbagai macam cara, sesuai dengan cara pandang memaknai kehadiran sebuah pohon, berjuta pohon dalam hidup kehidupan mereka meskipun secara universal diakui pohon adalah wahana untuk melestarikan lingkungan.
Sumber : Analisa Daily

Danau cantik dari Bencana

Tak lengkap rasanya jika Anda berkunjung ke Sumatera Utara tidak mampir sejenak ke Danau Toba, danau vulkanik yang merupakan danau terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Pesona eksotisnya berupa hamparan danau luas laksana lautan dengan pepohonan rindang dan perbukitan yang menawan. Danau ini berukuran 1700 meter persegi dengan kedalaman kurang lebih 450 meter dan terletak 906 meter di atas permukaan laut, di tengah danau terdapat Pulau Samosir yang tak kalah menariknya menjadi objek kunjungan wisata.
Dalam kunjungannya pada 1996, Pangeran Bernard dari Belanda bahkan menyatakan kekagumannya pada panorama indah danau ini. “Juallah nama saya untuk danau ini. Saya tak dapat melukiskan betapa indahnya Danau Toba,” katanya antusias.
Ada tujuh kabupaten di sekeliling danau, yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir yang memiliki panorama alam indah dan menjadi lokasi tujuan wisata. Umumnya wisatawan menikmati keelokan Danau Toba dari Parapat di Simalungun dan Tuktuk Siadong di Pulau Samosir.
Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73 ribu-75 ribu tahun lalu dan merupakan letusan super volcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama dua minggu.
Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama satu minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan, pada beberapa spesies, juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.
Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Ketika menikmati keindahan danau ini, Anda mungkin tak membayangkan bahwa pesona yang terjadi berasal dari bencana dahsyat letusan gunung berapi yang mendatangkan ketakutan dan kengerian ketika itu.
Perjalanan darat ke Danau Toba, tepatnya ke Parapat, memakan waktu empat sampai lima jam dari Medan. Tersedia bus atau travel yang langsung menuju Parapat. Rutenya melewati Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, dan belok ke arah Pematang Siantar. Sepanjang perjalanan, kita disuguhi panorama perkebunan kelapa sawit dan karet.
Apabila menggunakan kereta api, dari Medan pilih rute menuju Pematang Siantar. Dari sini perjalanan dilanjutkan menggunakan bus ke Parapat. Waktu tempuhnya satu jam.
Untuk tempat menginap dan tinggal lebih lama menikmati keindahan Danau Toba, tersedia banyak hotel dan penginapan. Di Parapat, sedikitnya ada 900 kamar hotel berbagai jenis, mulai dari bintang empat hingga homestay, di Tuktuk juga tak berbeda. Baik di Parapat maupun Tuktuk, wisatawan dapat langsung menikmati danau dari pinggirannya. Tarif hotel di Tuktuk dan Parapat bervariasi, sesuai tipikal turis yang datang. Mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 500 ribu per malam tergantung tipe hotel.
Sebuah perusahaan travel bahkan menawarkan menikmati keindahan Danau Toba dari udara, yakni menggunakan paralayang. Setiap wisatawan diberi kesempatan terbang menggunakan paralayang dari kawasan pegunungan Tongging, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Bagi para wisatawan yang ingin mencoba paralayang akan ditemani seorang instruktur berpengalaman, namun tentunya penentuan bisa terbang atau tidak tergantung pada kondisi cuaca dan angin.
Tidak hanya itu, menikmati keindahan matahari terbit dan terbenam bisa Anda nikmati dari pesisir danau. Dari dataran tinggi Karo di sebelah utara, keelokan danau terlihat memanjang dipandang dari Sikodonkodon. Namun, hanya ada satu resor di sini. Di sisi barat, pemandangan danau dan Pulau Samosir dapat dengan sempurna disaksikan dari Tele. Ada gardu pandang di ketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan laut untuk menikmati senja di Danau Toba.

Manfaat Air Dalam Kehidupan

Seluruh makhluk hidup yang ada di bumi pasti menbutuhkan air. Air bisa dikatakan sebagai sumber kehidupan. Banyak manfaat yang diberikan air untuk makhluk hidup. Di sini akan dijelaskan fungsi-fungsi penting air dalam kehidupan.

Air Bekerja Dengan Ajaib
Bila Anda minum banyak air bersih dan jernih, maka hal tersebut akan memacu peningkatan kesehatan Anda, di mana para peneliti menemukan bahwa, makin hari makin banyak keuntungan dengan minum air dalam jumlah yang cukup bagi kesehatan, termasuk:
Pencernaan dan metabolisme yang lebih baik
Minum air dalam jumlah yang cukup menjadikan baik pencernaan maupun metabolisme dapat bekerja pada kapasitas maksimalnya. Faktanya, penelitian terbaru dari University of Utah menyatakan bahwa kekurangan air dapat menyebabkan menurunnya metabolisme.

Memperbaiki kemampuan dan daya tahan tubuh
Anda akan mampu bekerja lebih keras/berat bila mendapatkan air yang cukup. Sebagai tambahan, air dapat memperkuat daya tahan tubuh Anda. Karena air dapat menaikkan simpanan glycogen, suatu bentuk dari karbohidrat yang tersimpan dalam otot dan digunakan sebagai energi saat Anda bekerja.

Tahan laparRasa lapar kadang merupakan penyamaran dari rasa haus. Sewaktu anda mengalami dehidrasi (kekurangan air) Anda mungkin merasa ingin makan padahal yang Anda butuhkan sebenarnya adalah air. Anda juga dapat memanfaatkan efek rasa kenyang dari minum air untuk
mencegah makan berlebihan.

Mengurangi resiko terhadap beberapa macam penyakit
Para peneliti saat ini meyakini bahwa cairan atau tepatnya air dapat berperan aktif dalam mengurangi resiko terhadap beberapa penyakit seperti: batu ginjal, kanker saluran kencing, kanker kandung kemih, dan kanker usus besar (colon). Minum cukup air dapat pula menghindari sembelit.

Senjata ampuh melawan masuk angin atau pilek
Antibodi dalam lendir yang melapisi kerongkongan berfungsi untuk menjerat virus pilek. Daya tahan ini akan melemah apabila Anda dehidrasi (kekurangan air) karena akan menyebabkan lendir mengering. Sebagai catatan banyak ahli kesehatan merekomendasikan air sebagai ekspektoran yang efektif untuk mengurangi batuk.

Pelembab wajah paling ampuh
Dengan minum banyak air membantu kulit Anda tetap kenyal dan kencang serta mengurangi garis-garis dan kerut pada wajah.
Menangkal rasa letih akibat melakukan perjalanan
Udara panas dapat menyebabkan Anda dehidrasi dan akan menimbulkan rasa letih pada saat dan setelah perjalanan. Minumlah banyak air sebelum melakukan perjalanan dan satu gelas tiap jam perjalanan Anda.

Mengatasi migrain/sakit kepala
Para peneliti menyatakan bahwa dehidrasi dapat mengakibatkan migrain/sakit kepala, jadi bila Anda sering mengalami migrain adalah sangat penting untuk minum air dalam jumlah yang cukup.
Sedangkan Fungsi Air yang utama adalah :
1. Membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusa
2. Melarutkan dan membawa nutrisi-nutrisi, oksigen dan hormon ke seluruh sel tubuh yang membutuhkan
3. Melarutkan dan mengeluarkan sampah-sampah dan racun dari dalam tubuh kita
4. Katalisator dalam metabolisme tubuh
5. Pelumas bagi sendi-sendi
6. Menstabilkan suhu tubuh
7. Meredam benturan bagi organ vital

Dengan menggunakan air secukupnya khususnya minum, tubuh kita akan selalu segar dan kesehatan tetap terjaga.

Goa Jepang Di Kaki Gunung Sadu

Di Bandung bagian utara—Perbukitan Dago Pakar—terdapat  Goa Jepang untuk benteng pertahanan militer, gudang amunisi, dan pos pengintai guna melihat gerak-gerik musuh. Begitu pula di wilayah Bandung Selatan tepatnya di Kecamatan Soreang Desa Karamat Mulya daerah Gunung Sadu juga terdapat saksi bisu peninggalan invasi Militer Jepang berupa goa.

Goa tersebut berada di seputar gunung yang digunakan Jepang tahun 1942, fungsinya untuk mencegat, merebut, dan menguasai jalur distribusi pangan Kolonial Belanda dari Bandung Selatan, pos militer, dan benteng pertahanan serta penyergapan musuh yang melintasi sekitar jalan utama Soreang. Lebih lanjut tulisan ini ingin sedikit mengurai mengapa ada Goa Jepang di Gunung Sadu. Untuk mengetahui hal itu terlebih dahulu saya uraikan kondisi geografis wilayah tersebut.
                                                                                                                                               
Sekelumit Wilayah Geografis
Gunung Sadu di Desa Karamat Mulia berada di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Wilayah yang termasuk Bandung Selatan ini berjarak ±20 Km dari Kota Bandung. Desa ini dapat dicapai menggunakan angkutan kota di Terminal Leuwi Panjang dengan trayek Bandung - Soreang atau Bandung – Ciwidey. Jika menempuh perjalanan menggunakan sepeda motor dari Kota Bandung hanya membutuhkan waktu tempuh sekira 1 jam 20 menit. Kecamatan Soreang merupakan daerah yang berada diketinggian 732 dpl sampai 895 dpl dengan suhu harian rata-rata berkisar antara 22° C sampai 30° C (Monografi Kec. Soreang, 2005). Suhu wilayah yang relatif sejuk tersebut membuat wilayah ini cocok untuk menanam padi, buah-buah dan sayur-sayuran. Namun tetap komoditi utama daerah ini ialah padi dengan luas lahan sekira 115 ha atau sekira 54,8% dari total luas wilayahnya. Sawah di desa ini ditanami tiga kali setahun dengan pasokan air dari Sungai Cibeurem yang melintas daerah ini.
Perbukitan Sadu yang mengelilingi desa Karamat Mulya berbatasan dengan Desa Pamekaran di utara, Desa Soreang di sebelah timur, Desa Sadu di sebelah barat, Desa Sukajadi di sebeah barat daya, Desa Sukanagara di selatan, dan Desa Panyirapan di tenggara (Aryo, 2005). Wilayah perbukitan ini dapat ditempuh dari alun-alun Kecamatan Soreang menggunakan kendaraan bermotor sekira 12 menit. Jalan beraspal yang mulus  memudahkan  seseorang untuk mencapai  wilayah Gunung Sadu.

Desa ini secara geografis juga dekat dengan Kota Bandung di sebelah utara dan Ciwidey di sebelah selatan. Daerah ini dieksploitasi secara masif memasuki jaman Kolonial Belanda dengan aturan preangerstelsel padapertengahan abad ke-19. Hal tersebut membuat wilayah Bandung Selatan ini dijadikan tempat menanam komoditi seperti: kina, teh, kopi, dan cengkeh. Oleh karena itu infrastruktur berupa jalan dan jalur kereta api dibangun untuk mempercepat pengangkutan hasil komoditi ini ke pelbagai daerah. Ingleson (2004) mengungkap bahwa pembukaan jalan-jalan yang tertutup dan lebih penting lagi, sistem kereta api—sejak tahun 1860-an—telah membawa kota dan desa menjadi lebih dekat dan semakin maju. Pada awal abad ke-20, jaringan kereta api yang berpusat di Surabaya (kota pelabuhan utama di Jawa Timur), Semarang—kota utama pelabuhan di Jawa tengah, dan Bandung (ibu kota Jawa Barat di Wilayah pedalaman) serta di pesisir utara ibukota Batavia, meluaskan jaringannya sampai ke daerah pedalaman.

Di sekitar Bandung sendiri, jalur kereta api menuju Bandung Selatan yang dibangun 1917 selesai pada tahun 1925 yang menghubungkan Kota Bandung dengan perkebunan teh di Ciwidey dengan trayek Cikudapateuh-Dayeuhkolot-Banjaran- Soreang- berakhir di pos Ciwidey (Arsip Nasional Republik Indonesia, 1976: LXIX-LXX). Namun, jalur tersebut tidak beroprasi lagi sejak 1970-an karena jalur transportasi lebih difokuskan untuk sarana jalan raya. Desa Karamat Mulya merupakan salah satu tempat perlintasan rel kereta api menuju Ciwidey, sampai saat ini masih terlihat jelas berupa sisa rel kereta api di sepanjang rumah penduduk dan tanah gundukan.
Akibat pembukan lahan, wilayah permukiman, dan perluasan komoditi ini membuat Bandung Selatan termasuk Soreang menjadi salah satu daerah pemasok hasil bumi untuk kepentingan Kolonial Belanda. Komoditi pertanian dan perkebunan semakin menjadi komersial sejak preangerstelsel dihapus kemudian diganti dengan Undang-undang Agraria 1871, wilayah Priangan dan khususnya Bandung Selatan kian berkembang. Peristiwa tersebut sebenarnya menandai secara kongkret kapitalisasi perekonomian perdesaan di segala lini. Kalau menggunakan istilah Ricklefs dengan “periode liberal” yang membuka ruang bagi perusahaan swasta asing yang ingin menanamkan modal di Indonesia—terutama wilayah Jawa dan Sumatera (Rickfles, 2005: 190).

Maka pernyataan Antlöv juga menyiratkan bahwa sejak jaman Preangerstelsel pun wilayah tersebut sudah banyak mengalami perubahan dan pada dekade awal abad ke-20 Bandung menjadi salah satu wilayah ekonomi yang tumbuh pesat di Hindia Belanda. Perkebunan, perdagangan, pelbagai aktivitas ekonomi kota dan proyek-proyek pengembangan infrastruktur membuka banyak lapangan kerja. Antara 1890-1920 Bandung dan distrik-distrik di sekitarnya mengalami pertumbuhan penduduk 10% per tahun (Antlöv, 2003).
Bandung Selatan termasuk Soreang pun terkena dampak kebijakan pemerintah kolonial guna menjalankan program instensifikasi pertanian dan perkebunan. Infrastruktur seperti: irigasi, sarana transportasi, jalan raya, dan kerata api dibangun untuk mengeruk keuntungan dari wilayah Bandung Selatan ini. Lalu pemerintah kolonial menerapkan sistem administratif untuk mengatur penduduk dalam sebuah wilayah yang dinamakan desa (Lombard, 2005). Dengan sistem pengorganisasian wilayah, penduduk, dan aturan untuk meningkatkan produksi perkebunan dan pertanian maka wilayah Bandung selatan semakin penting menyediakan hasil bumi yang besar untuk pasokan kebutuhan Hindia-Belanda dan ekspor.
Mengapa Goa Jepang Ada Di Sana?
Ketika saya sampai di Desa Karamat Mulya ditempat Pa Ac (70 th)—informan— yang merupakan penduduk asli setempat, saya langsung menuju Gunung Sadu. Pukul 11.12 WIB saya berjalan ditemani oleh kawan bernama Pt yang telah selesai melakukan riset tentang sumber daya air di desa ini. Kami menyusuri jalan desa yang di sebelah kiri atau kananya terdapat rumah penduduk. Permukiman penduduk tersebut memiliki pola cluster dan menyebar mengikuti kontur perbukitan. Sebenarnya Desa Karamat Mulya ini muncul baru sekira tahun 1980-an. Desa yang telah lama ada—sekira1920-an—yaitu desa Sukanagara di sebelah selatan bagian samping wilayah Gunung Sadu. Perjalanan menuju gunung tidaklah sulit, karena jalan di dalam desa telah diaspal sejauh 520 meter dan sisanya jalan setapak menuju perbukitan sekira 450 meter.

Menurut informasi beberapa penduduk desa, terdapat tiga sampai enam goa Jepang di Gunung Sadu ini. Menapaki jalan yang menanjak dan lama-kelamaan menjadi jalan setapak akhirnya sampai juga di kaki Gunung Sadu. Awalnya goa hampir tidak ditemukan karena pintu masuk telah tertutup oleh tinggi dan rimbunnya pohon bambu. Namun setelah mencari dengan menyisiri kaki gunung akhirnya ditemukan juga satu goa. Bagian menuju mulut goa ini berundak dengan ruang bagian depan yang menurun mencapai kedalaman dua meter. Separuh mulut goa tertutup oleh undakan tanah basah yang kemungkinan merupakan timbunan tanah longsor akibat hujan yang terus-menerus.

Kondisi lembab dan dingin pun menyertai jika berada di dalam goa ini. Mulut goa tersebut memiliki tinggi sekira 1 meter, sementara itu bagian dalam goa memiliki ketinggian sekira 3,5 meter dengan panjang goa ±15 meter dan lebar sekira 7 meter. Kondisi goa di lantai bawahnya terlihat agak berlumpur dan basah. Kondisi goa juga memprihatinkan karena ditemukan sampah plastik dan kaleng minuman didalamnya. Bagian atas goa juga mengeluarkan rembesan air yang berasal dari tanah di atasnya sehingga, bagian goa paling tengah dan dalam terendam sekira 15 cm². Berbeda dengan goa di Dago Pakar yang melingkar dan menyatu, goa di Gunung Sadu ini tidak terintegrasi dengan goa lainnya (menyambung) karena satu goa hanya terdapat satu ruangan.

Posisi goa di bagian lain yang telah tertutup mengindikasikan bahwa antargoa dibuat terpencar satu sama lain namun tetap mengikuti pola gunung yang menghadap ke jalan raya, sawah, dan perlintasan kereta api. Kemungkinan Tentara Jepang membuat goa satu per satu karena kendala kontur tanah yang kemiringannya cukup tajam. Di samping itu karena kondisi tanah yang basah, kurang memungkinkan untuk membuat goa dengan pola menyambung satu sama lain. Kelebihan posisi goa ini ditutupi oleh rimbunya pohon bambu dan tanaman liar gunung lainnya sehingga, relatif aman sebagai pos militer.
Penelusuran goa lainnya berdasarkan informasi penduduk setempat gagal ditemukan. Pasalnya goa telah tertutup tanah longsor dan sengaja ditutup oleh penduduk setempat. Aneh juga memang kalau sebuah peninggalan sejarah ditutup oleh penduduk setempat. Namun setelah dicek ternyata goa tersebut ditutup dengan alasan karena kerap kali digunakan pemuda setempat untuk mabuk-mabukan dan berbuat mesum. Ketika banyak warga desa yang mengetahui itu—terutama orang tua—mereka berbondong-bondong menutup goa tersebut agar tidak dapat dipergunakan untuk berbuat maksiat lagi.

Goa yang tersisa hanya satu yang ditemukan letaknya tidak jauh dari kaki gunung. Karena posisi goa lainnya sengaja ditimbun penduduk atau longsor maka bentuk goa lain tidak diketahui secara pasti mengenai panjang, lebar, dan tingginya berapa. Hujan yang terjadi setiap saat di gunung ini juga turut mempercepat tumbuhnya tanaman liar (seperti pohon bambu) yang menutupi mulut goa sehingga menyulitkan pencarian goa. Meski demikian, sisa goa yang hanya satu ini membuktikan bahwa Militer Jepang menjadikan Soreang (Gunung Sadu) sebagai salah satu tempat penting dalam invasinya di wilayah Priangan.
Letak Desa Karamat Mulya yang begitu strategis seperti ”jalur sutra”, membuat pihak Jepang membangun goa di sekitar wilayah ini. Sawah dan perkebunan yang menghampar di sepanjang wilayah ini menjadi salah satu sumber pasokan makanan Militer Jepang untuk perang di kawasan Asia-Pasifik. Lalu secara spesifik mengapa terdapat goa di tempat ini? Menurut saya beberapa alasan yang dapat dikemukaan antara lain: pertama, jalur di tempat ini penting untuk dikuasai militer sebab sebagai tempat produksi hasil bumi bagi Kolonial Belanda (sekutu). Kedua, Gunung Sadu merupakan lokasi pengintaian yang baik di bagain tengah wilayah selatan karena dilalui jalur kereta api dan perlintasan jalan raya yang menghubungkan antar Bandung Selatan (Ciwidey) dan Bandung Utara (Kota Bandung, lalu menuju Lembang). Dan Ketiga wilayah ini relatif banyak terdapat penduduk yang dapat dimanfaatkan tenaganya (menjadi romusa) untuk membuat infrastruktur bagi kepentingan Militer Jepang (seperti Goa dan pembukaan jalan baru).

Pertimbangan tersebut membuat keberadaan goa tersebut menjadi semacam pos penyergapan untuk merampas hasil bumi, menguasai jalur distribusi pertanian serta perkebunan, dan sebagai salah satu daerah penyedia ”sumber daya manusia”. Penduduk setempat menyebut GoaJepang itu sebagai goa penuh kesengsaraan. Menurut beberapa informan yang mengalami masa itu, peninggalan tersebut merupakan situs sejarah yang paling teringat dimemori pikiran. Mengapa tidak, karena penduduk yang terkena kerja paksa Jepang, menggali lubang bermeter-meter siang dan malam tanpa kenal lelah. Belum lagi mereka juga harus membuat benteng pertahanan dan jalan guna membantu melancarkan aksi perang Tentara Dai Nippon. Makan pun kurang, kerap kali malah tidak ada dengan waktu istirahat sebentar serta siksaan fisik berat karen fasilitas hidup yang minim. Goa tersebut merupakan salah satu ”cinderamata” paling pahit yang diterima Bangsa Indonesia selama invasi Jepang. Sungguh derita yang paling tak terperi dan sulit dibayangkan sepanjang masa.

Goa Yang Terabaikan
Tidak seperti Goa Jepang yang terdapat di Perbukitan Dago Pakar dan Gunung Kunci di Sumedang yang dijadikan tempat wisata, goa di Gunung Sadu tidak mendapat perhatian sama sekali dari pemerintah setempat. Paragraf sebelumnya menggambarkan bahwa goa itu sekarang hampir punah karena tidak ada pihak manapun yang peduli dengan situs tersebut. Apalagi menjadikan tempat tersebut sebagai situs bersejarah yang dilindungi dan dipelihara oleh pemerintah setempat. Goa tersebut dibiarkan hilang mengikuti perubahan jaman dan terkikis oleh proses alam. Seolah kita tidak berusaha diingatkan kembali oleh hikmah sejarah yang dapat dipetik dari keberadaan goa tersebut.
Maka tidak aneh sebenarnya banyak orang yang berada di dalam dan luar daerah lain tidak mengetahui situs tersebut. Padahal jika ada keinginan serius dari pemerintah setempat, goa tersebut dapat dijadikan tempat wisata sejarah di wilayah Bandung Selatan. Namun apa daya, melestarikan situs bersejarah dipadang tidak penting sebagai salah satu sumber pengetahuan yang mesti diketahui serta dipelajari oleh generasi selanjutnya.

Kebenaran yang Disangkali

Tak ada berita besar atas kepulangan Suhanah tanggal 17 April tahun lalu. Namun, peristiwa itu sebenarnya memberi tanda amat jelas bahwa bisa jadi keadilan yang diperjuangkan tidak terpegang sampai akhir hayat.

Suhanah adalah satu dari tiga penyintas (survivor) asal Indonesia yang hadir dalam Pengadilan Internasional Kejahatan dalam Perang terhadap Perempuan untuk kasus Perbudakan Seksual oleh Militer Jepang Selama Perang Dunia II atau "The Tokyo Tribunal", tanggal 8-12 Desember 2000 di Tokyo, Jepang.

Suhana juga hadir saat dibacakan keputusan final di Den Haag, Belanda, tanggal 3-4 Desember 2001, di mana majelis hakim menyatakan bersalah kepada Kaisar Hirohito, Kaisar Showa yang tahun 1937-1945 adalah Kepala Negara Jepang dan Komando Tertinggi Angkatan Bersenjata Kerajaan Jepang. Sejumlah perwira tinggi Jepang yang memimpin ekspedisi perang ke berbagai wilayah Asia juga dinyatakan bersalah.

Keputusan itu diambil setelah majelis hakim mendengarkan kesaksian 35 dari 75 penyintas selama proses pengadilan di Tokyo.

Pengadilan yang melibatkan semua hakim dan penuntut dalam Pengadilan Internasional Perang untuk Rwanda dan bekas negara Yugoslavia serta saksi ahli dan penasihat hukum terkemuka dunia itu merupakan jawaban atas kegagalan negara memenuhi tanggung jawab menegakkan keadilan bagi sekitar 200.000 perempuan Asia yang dipaksa menjadi jugun ianfu
atau comfort women di comfort stations untuk serdadu Jepang selama Perang Dunia II.

Pemerintah Jepang selama 50 tahun menolak tanggung jawab hukum karena berpendapat sistem comfort women bukan perbudakan. Pemerintah Jepang juga menyatakan soal comfort women telah diselesaikan melalui perjanjian-perjanjian perdamaian dan reparasi pasca-perang.

Pernyataan itu dijawab tim Indonesia yang dipimpin Nursyahbani Katjasungkana yang memberi informasi baru dengan bukti Perjanjian Perdamaian yang ditandatangani Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang tahun 1958. Perjanjian itu menyinggung reparasi akibat
kerusakan fisik dalam masa perang, tetapi sama sekali tidak menyinggung mengenai korban dan para penyintas perbudakan seksual.

Terus disangkali

Proses pengadilan di Tokyo dan Belanda itu merupakan peristiwa penting yang mengakhiri impunitas kejahatan kriminal kekerasan seksual dalam perang.

Namun, penyangkalan terus terjadi. Sebagian masyarakat dan politisi Jepang bersikukuh, comfort stations adalah tempat pelacuran; bahwa perempuan di situ "bekerja secara sukarela" dan sistem itu merupakan usaha swasta, tidak dioperasikan pemerintah dan swasta.

"Umur saya waktu itu 13 tahun. Apa masuk akal anak umur 13 tahun secara sukarela melakukan kerja seperti itu," sergah Mardiyem dengan nada pahit.

Sikap masyarakat Jepang terhadap Tokyo Tribunal tahun 2000 memang terbelah. Di dalam negeri, kelompok ultranasionalis dan politisi sayap kanan di Jepang terus berupaya menafikan upaya penghapusan impunitas itu dengan menggunakan sentimen nasionalisme. Upaya mengoreksi buku sejarah Jepang juga mengalami hambatan.

Di sisi lain, kelompok kritis yang mendesak Pemerintah Jepang untuk mengakui kejahatannya semasa perang, juga menguat.

PM Jepang Sinzho Abe menolak eksploitasi seksual itu dilakukan secara sistematis oleh tentara Jepang semasa perang. Pernyataan itu menyulut kemarahan di Korea Utara dan Selatan, Filipina, China, Taiwan, dan Indonesia.

Pada hari berikutnya, dia mengatakan akan mempertahankan permintaan maaf pemerintahnya karena memaksa perempuan Asia menjadi budak seks bagi militer Jepang selama Perang Dunia II.

Kontroversi itu ditutup dengan pernyataan partai yang berkuasa di Jepang akan melakukan kajian baru tentang masalah tersebut. Semua itu cukup untuk memperlihatkan kecenderungan sikap politik pemerintahan Abe, seperti pernah diprediksi Prof Tetsuya Takahashi dari
Universitas Tokyo.

Di Indonesia, menyusul di negara-negara lain, bertepatan pada Hari Perempuan Internasional tanggal 8 Maret, Jaringan Anti-Penjajahan Jepang melakukan aksi dengan sejumlah tuntutan. Di antaranya, menuntut PM Abe meminta maaf serta mendesak Pemerintah Jepang mengakhiri praktik eksploitasi seksual modern dengan menindak pelaku perdagangan perempuan dan melindungi hak korban.

Menurut Eka Hindrati dari Jaringan Advokasi Jugun Ianfu Indonesia, Asian Women's Fund (AWF) yang didirikan Pemerintah Jepang dan kelompok bisnis pada tahun 1997 berencana memberi kompensasi 380 juta yen untuk masalah jugun ianfu di Indonesia secara bertahap selama 10 tahun.

Jumlah penyintas
Jumlah penyintas mantan jugun ianfu di Indonesia, menurut data LBH Yogyakarta tahun 1993, berjumlah 1.156 orang, tetapi data Forum Komunikasi Heiho Indonesia tahun 1996 menyebut angka 22.000. "Yang kami catat, uang yang diberikan baru dua juta yen untuk membuat lima panti jompo. Yang lainnya tidak tahu," ujar Eka, seraya mengatakan, jangka waktu 10 tahun itu selesai tahun ini.

Barangkali benar, soal kompensasi itu sama sekali tidak transparan, seperti kata Eka. Senoaji dari Yayasan Pangudi Luhur di Cimahi, mengatakan, pihaknya menerima dana Rp 360 juta dari AWF untuk keperluan para lanjut usia sekitar enam bulan lalu. Nama Suhanah kemudian diabadikan sebagai nama salah satu ruangan perawatan lansia di situ.

Namun, persoalan sebenarnya tidak berubah. Pemberian kompensasi yang oleh Pemerintah Indonesia ditujukan untuk keperluan lansia, dapat dibaca sebagai penerimaan separuh hati atas fakta para jugun ianfu adalah korban kekerasan seksual di masa perang.

Seperti dikemukakan Mardiyem (75) dari Yogyakarta, "Sejak Tokyo itu belum ada apa-apa lagi." Ketika di Tokyo dia menuntut kompensasi dua juta yen pada setiap penyintas mantan jugun ianfu di Indonesia.

Katanya, dia dan teman-temannya sudah menulis surat dalam bahasa Jawa kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, meminta agar nasib mereka diperhatikan. Tetapi, tidak ada reaksi. Semuanya berhenti pada penantian....

Suara Bising Ganggu Kehidupan Ikan di Laut


Mungkin sulit dibayangkan manusia, namun ternyata berbagai peralatan ciptaan manusia menciptakan kebisingan di lautan yang mengancam kehidupan hewan-hewan laut. Konklusi ini diperoleh setelah sejumlah ilmuwan melakukan penelitisan di seluruh dunia tentang dampak berbagai jenis suara yang dihasilkan pengeboran minyak, berbagai jenis kapal, dan suara sonar.

Menurut para ilmuwan, pendengaran ikan sangat tajam sehingga bisa menangkap berbagai jenis suara itu dengan baik. Sehingga semakin meningkatnya level kebisingan di lautan ternyata mempengaruhi distribusi ikan dan kemampuan ikan-ikan itu bereproduksi, berkomunikasi dan menghindari pemangsa.
"Manusia selalu berpikir bahwa ikan hidup dalam kesunyian," kata ahli biologi Dr Hans Slabbekoorn dari Universitas Leiden, Belanda. Namun, dalam jurnal Trend in Ecology and Evolution, Dr Slabbekoorn dan para koleganya di Belanda, Jerman dan Amerika Serikat menyimpulkan kehidupan bawah laut tidaklah sesepi yang diperkirakan manusia.

Sejauh ini, semua penelitian menunjukkan bahwa ikan memiliki kemampuan mendengar baik menggunakan telinga dalam dan garis lurus yang melintang sepanjang sisi tubuh ikan.
Setiap spesies ikan memiliki kemampuan dan sensitivitas berbeda dalam hal pendengaran. Sebagai contoh, ikan kod Atlantik memiliki kemampuan mendengar yang cukup baik. Sementara, ikan emas mampu mendengar suara berfrekuensi tinggi.

Secara umum, ikan mampu mendengar suara yang berfrekuensi antara 30-1000Hz,meski dengan adaptasi khusus beberapa jenis ikan mampu mendengar suara dengan frekuensi lebih tingga yaitu antara 3000-5000Hz. Ikan ternyata memiliki kemampuan mendengar yang cukup baik
Bahkan, beberapa spesies ikan tertentu mampu mendengar suara berfrekuensi sangat tinggi. Sementara jenis lain misalnya belut Eropa sangat sensitif terhadap suara infrasonik. Ini semua berarti, lanjut para ilmuwan, semua bunyi yang dihasilkan manusia di bawah air memiliki potensi mempengaruhi ikan seperti halnya suara lalu lintas mempengaruhi burung.

"Tingkatan dan distribusi suara di bawah air terus meningkat di seluruh dunia namun hampir tidak diperhatikan," kata Dr Slabbekoorn, seperti dikutip "BBC".
Saat ini, sebagian besar riset terfokus pada dampak bunyi-bunyian terhadap mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba. Namun, polusi suara juga mempengaruhi kehidupan ikan, misalnya kemampuan bereproduksi, berkomunikasi dan menghindari predator. (A-147)

Butuh 20 Tahun Kondisikan Satwa Liar

Pakar satwa Prof Dr Gono Semiadi menyatakan perlu waktu setidaknya sampai 20 tahun untuk mengkondisikan satwa liar yang mulai menurun populasinya, agar kembali berkembang biak dengan baik
"Penurunan populasi satwa liar sudah mulai dapat dideteksi sejak awal, yaitu 10 tahun pertama, dan semakin terasa di tahun ke-20, kemudian mulai terlambat untuk dikendalikan di akhir tahun ke-25," kata peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu di Jakarta, Kamis.
Jika tidak ada lagi potensi satwa liar yang bisa diburu dan diperdagangkan, habitat satwa tersebut akan ditinggalkan manusia. Pada saat itulah masa suksesi habitat sudah dimulai kembali secara alamiah, ujarnya.

"Sayangnya meski seolah tampak membaik, namun sebenarnya habitat itu tetap `kosong dari kehidupan," kata peneliti rusa yang baru saja mendapat gelar profesor riset itu.
Di saat inilah seringkali penangkaran berperan banyak demi tercapainya kestabilan populasi di alam melalui program reintroduksi, dilengkapi penerapan aturan konservasi yang sangat ketat sekaligus peningkatan kualitas habitat secara bersamaan.
"Untuk beberapa jenis satwa liar, penangkaran ini mungkin merupakan cara terakhir yang harus ditempuh guna memperlambat laju kepunahan," katanya.
Penurunan populasi satwa liar, menurut dia, selain terjadi akibat laju perburuan dan laju perdagangan produk dari satwa tersebut, juga akibat menurunnya kualitas habitat.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar berkaitan dengan produk yang berasal dari kehidupan liar maka penyediaan produk melalui penangkaran diakuinya merupakan jalan yang paling memungkinkan untuk dilakukan.

Ia mencontohkan, adanya penangkaran rusa yang kemudian meningkat menjadi usaha peternakan rusa yang sukses di Barat dengan penekanan pada manajemen pemeliharaan dan teknologi reproduksi.
Peternakan rusa ternyata memberi dampak positif terhadap program pemulihan dua jenis rusa yang terancam punah yaitu rusa Fallow Messopotamian (Dama dama Messopotamian) dan rusa Pere David (Elaphurus Davidianus), ujarnya.

Indonesia Belum Ratifikasi Konvensi Cagar Bawah Air


Indonesia belum perlu meratifikasi konvensi UNESCO tentang perlindungan benda cagar budaya bawah air karena banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, kata Dirjen Perlindungan Sejarah dan Purbakala Kemenbudpar Hari Untoro Dradjat.

" Jika sudah meratifikasi konvensi itu, berarti kita tidak boleh setengah-setengah melaksanakannya. Jadi kita harus hati-hati sebelum menandatanganinya" kata Hari di sela acara seminar dan pameran tentang warisan budaya bawah air di Museum Nasional Jakarta, Rabu.

Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan adalah luasnya wilayah perairan , sangat banyaknya artefak, keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menangani situs bawah air dan masih diperlukannya dana untuk kesejahteraan rakyat, termasuk untuk melestarikan warisan budaya bangsa.

Konvensi Badan PBB tahun 2001 tersebut melarang penjualan benda-benda warisan budaya yang ditemukan di bawah air.

"Konsekuensinya jika ikut meratifikasi, adalah kita harus bisa menjaga situs di perairan yang begitu luas," ujarnya.

Jika benda-benda tersebut dibiarkan saja, maka kemungkinan besar akan dicuri dan tidak ada manfaatnya bagi kesejahteraan bangsa.

Oleh sebab itu perlu diangkat, kemudian diseleksi untuk koleksi museum, dan sisanya bisa dilelang.

Pengangkatan benda cagar budaya bawah air itu sendiri memerlukan teknologi tinggi dan biaya sangat besar, sehingga harus melibatkan pihak swasta.

Oleh sebab itulah, kata Hari, ratifikasi konvensi UNESC) belum belum diperlukan, sehingga masih membolehkan dilakukan pelelangan artefak-artefak tersebut, sesuai peraturan .

"Jika benda-benda itu tidak boleh dilelang, maka berarti kita harus menyediakan tempat penyimpanannya," kata Hari.

Museum-museum yang ada di Indonesia tidak mungkin menampungnya, karena yang perlu dipamerkan adalah benda yang sudah diseleksi dari sejumlah artefak.

Konvensi UNESCO sejauh ini baru diratifikasi oleh 31 negara.

Sejumlah negara maju bahkan belum mau meratikasi konvensi itu.

Seminar dan pameran bertema "Warisan Budaya Bawah Air:Apakah Perlu Dilelang?" itu merupakan respon atas wacana yang berkembang di masyarakat terhadap masalah pelelangan artefak berusia lebih dari 1000 tahun yang ditemukan di perairan Cirebon.

Pesan di Subuh Jelita

Terdapat pesan pada Shubuh nan jelita…
di mana mulanya pagi adalah..
dingin yang mulai menyusup dalam rahang jiwa
namun tak gentar diri dalam lamun alang angkasa…
Ingin kusampaikan yang tak teraba oleh mata namun nyata…
hanya hatiku bimbang untuk memulainya..
bisakah kau aturkan masa?
untuk aku bisa memulainya barang sekata…

Embunku tak lagi terjaga…
ia berteman dengan Shubuh yang akan berjelaga
begitu pula denganku,…
hanya aku tak dapat mulai
barang sekata….

Dan esok tetap akan jadi gubahan makna
bahwa hari ini ingin kuungkap cinta….

di mana aku akan diam dan hanya berdiam
berdialog dengan masa meski tak bersuara…

dan Shubuhku berpesan…
cintailah yang berhak dicinta
sayangilah yang berhak dan pantas disayangi…
namun embunku menentukan pilihannya…
pada yang bernama mentari meski akhirnya ia sirna karenanya..

cinta embun dan mentari yang tak bersua namun indah dirasa…

Catatan_ku....25 Desember 2005

Hari - hari berlalu begitu cepat
Seakan tak pernah memberiku kesempatan
Untuk merasakan apa yang bisa kurasakan
Untuk membuat hidup ini lebih berarti

Aku harus putuskan sesuatu
Untuk hidup dan hari esok pagi
Entah akankah cerah ?
Atau semuram mendung kemarin sore

Datang mengalir memberiku semangat yang seperti ini
Yang tak pernah kupunya
Memberi rasa tak biasa yg mengalir lembut
Kuat dan hangat seperti api ungun yg terbakar pelan
Atau seperti kabut pagi yang mengelus kulit mukaku, yang kian kaku

Seperti terlahir kembali di dalam kehampaan
Dibelai dalam nuasa kedamaian
Terpaku dalam asa yang diam dan penuh rasa kasih
Tanpa terikat bentuk dan waktu

Hangat seperti gemeretak suara api ungun,.....
Yang terbakar pelan dalam kabut tipis kehidupan

Guratan Cinta Sang Sahabat

Cinta itu bahagia....Tapi menyakitkan
Saat kita mencintai, kita merasakan kebahagian
Saat kita cemburu, kita merasa terluka

Cinta tak harus memiliki....Itu kebohongan 100%
Semua orang ingin memiliki, bahkan terkadang merasa harus memiliki

Dengan melihat orang yang kita cintai bahagia dengan orang lain...
Kita pun akan ikut bahagia...Itupun bohong 100%

Kita berpura-pura bahagia....Disaat hati kita sakit

Itu mengajarkan kita untuk menjadi "MUNAFIK"
Lebih bahagia dicintai daripada mencintai...
SALAH,,,saat DICINTAI kita hanya merasa bangga...
Namun saat MENCINTAI,,,kita dapat merasakan arti CINTA sesungguhnya

CINTAI dan bahagiakanlah orang yang kamu cintai....
Dan jagalah orang yang kamu sayangi sampai kapan pun...

10 Fakta Indonesia yang Perlu Kita Ketahui

1. Tiga orang Presiden RI pertama memiliki bulan lahir yang sama, yaitu bulan juni. Bungkarno lahir 6 Juni 1901 (Bernama asli Kusno Sosrodihardjo). Pak Soeharto 8 Juni 1921. Sedangkan Pak Habibie 25 Juni 1936.

2. Istana Merdeka mulai dibangun pada tahun 1873 dan selesai pada tahun 1879. Istana tsb di rancang oleh arsitek Drossares dengan luas 6,8 hektar dan 16 jumlah anak tangga yg terdapat di bagian depan gedung.

3. Sebelum digunakan oleh pemerintah Indonesia, Istana Kepresidenan Bogor digunakan sbg rumah peristirahatn gubernur jenderal Belanda. Tercatat 44 orang gubernur jenderal Belanda pernah menjadi penghuni istana yang pada masa penjajahan bernama Istana Buitenzorg

4. Istana Kepresidenan Tampaksiring merupakan satu-satunya Istana RI yang dibangun setelah Indonesia Merdeka, tepatnya pada tahun 1957

5. WR. Soepratman, pencipta lagu kebangsaan wafat pada tgl 17 Agustus 1938. Tepat tujuh tahun sebelum proklamasi kemerdekaan RI dinyatakan

6. Lagu 'Indonesia Raya' di ciptakan pada tahun 1942 (ralat tahun 1924) dan dikumandangkan untuk pertama kalipada tanggal 28 Oktober 1928, tepatnya pada penutupan acara Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda.

7. Mobil dinas Kepresidenan RI yang pertama adalah mobil Buick keluaran tahun 1939 yang digunakan Alm. Bung Karno. Sedangkan Alm. Bung Hatta menggunakan mobil dinas De Soto

8. Republik Gabon di Afrika Barat memiliki tanggal kemerdekaan yang sama dengan RI. Bedanya, Gabon merdeka pada tahun 1960

9. Rupiah dinyatakan sebagai mata uang nasional RI pada rgl 2 November 1949.

10. 21 jumlah dentuman meriam yang dibunyikan untuk menyambut tamu negara yang merupakan kepala negara. Sedangkan untuk menyambut tamu negara yang merupakan kepala pemerintahan di bunyikan 19 kali dentuman meriam.
yang merupakan hadiah dari pengusaha sekaligus pamannya, Djohan Djohor. Kedua mobil ini dpt dilihat di Gedung Joang '45, Jakarta

Hutan Indonesia akan Punah pada 2022

Indonesia saat ini menempati peringkat keempat di dunia untuk jumlah spesies langka, dengan lebih dari seribu spesies terancam punah. Saat ini, hanya ada kurang dari 54.000 orangutan Borneo (terancam punah) dan 6.600 orangutan Sumatera (sangat terancam punah) di alam bebas.

Hal itu terungkap dalam seminar bertajuk "Seminar untuk Mencari Persamaan: Orangutan, Masyarakat, dan Hutan", yang diselenggarakan oleh Program Layanan Konservasi Orangutan (Orangutan Conservation Services Program/OCSP) dan Badan Pembangunan Internasional Pemerintah AS (USAID) di Jakarta.  Seminar yang merupakan bagian dari peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (5 Juni) ini,difokuskan untuk memastikan kelangsungan hidup spesies yang paling dikenal di Indonesia, yakni orangutan.

Kunci untuk kelangsungan hidup orangutan adalah membangun keseimbangan antara tujuan-tujuan pertumbuhan ekonomi dan konservasi yang tampaknya saling bertentangan. “Seminar ini menjadi forum ideal bagi semua pihak yang terlibat, yang kadang kala terlibat konflik dengan satu sama lainnya, untuk mengeluarkan kekhawatiran-kekhawatiran mereka dan mencari solusi bersama untuk masalah-masalah yang mempengaruhi sumber daya alam dan kekayaan hayati Indonesia yang paling berharga,” kata Paul Hartman dari OCSP.

Program Lingkungan Hidup PBB memperkirakan bahwa dengan laju penyusutan hutan Indonesia sebesar 98% maka hutan Indonesia akan punah pada tahun 2022, terutama sebagai akibat dari pembangunan perkebunan kelapa sawit yang tidak terkontrol.
Sementara itu, pemerintah Indonesia menegaskan bahwa industri minyak kelapa sawit menyumbang 4,5% dari Produk Domestik Bruto pada 2009, serta menopang mata pencaharian dari sekitar 13,2 juta orang.
Copyright © Sang Alam